Hari sabtu tgl 24 Desember,
tanggal dan bulan yg penuh badai di atas gunung namun kami Organisasi Pecinta
Alam MAJAPALA tetap nekat melakukan pendakian welirang. Berbekal pengalaman
buruk tahun lalu saat pendakian arjuno tidak cukup membuat mental para remaja
ini runtuh begitu saja. Baiklah kembali ke topik semula, persiapan di
sekretariat MAJAPALA sudah dilakukan, packing beres, sedikit kendala masa lalu
tentang kekurangan carrier dan daypack juga sudah teratasi, sambil menunggu len
yg akan membawa kami menuju terminal Osowilangun aku dan seorang teman
menyempatkan diri untuk makan siang di sebuah tempat di pinggir jalan depan
sekolah.
Setelah cukup kenyang aku kembali
ke sekret yg mana teman2 yg lain sudah siap2 berangkat, aku pun mengambil
carrier yg akan ku bawa, beban kali ini hanya seperti kapas apabila
dibandingkan dengan beban teman2 yg seperti kulkas, ya begitulah kami
mengistilahkan beban yg dibawa para “porter” terkuat kami, bagaimana tidak? Carrier
yg menjulang seperti menara dan beban sedikitnya 1 buah tenda dgn berat bersih
5kg belum lagi ditambah beban logistik dan pakaian. Oke, setelah semua carrier
diangkut ke len kami mendapat pengarahan singkat dari bapak kepala sekolah dgn
beberapa pesan2 yg mungkin hal formal dan biasa. Setelah pengarahan dan foto
bersama kami naik len dan siap2 berangkat menuju terminal Osowilangun. Sampai
terminal kami langsung naik ke salah satu bis yg akan membawa kami ke terminal
Pandaan, menunggu terlalu lama dengan suhu yg sangat panas membuat kami “mengumpat"
supir yg masih ngobrol dgn enaknya di luar bis, dan untuk kali ini kami juga “mengumpat"
suatu benda yg biasa disebut Matahari. Akhirnya setelah sekian lama bis
berangkat menuju terminal Pandaan dan di dalam perjalanan seperti biasa diisi
dengan suara canda tawa khas kami para pendaki. Sampai di terminal Pandaan cukup
lama tawar menawar dgn para supir colt untuk membawa kami ke pos perizinan. Oke
colt sudah mencapai kesepakatan harga kami pun naik dan siap menuju pos
Perizinan. Nah, disini ada yg sedikit mengganjal hati ku dan seorang teman,
ketika itu seorang temanku mengatakan kepada ku agar melihat sopir colt yg
kami tumpangi dan disana, di kursi depan di tempat sopir ku temui seorang lelaki
yg sedang menyetir colt dengan serius dan memakai “helm” warna PINK. Malas berlama2 di angkot akhirnya
kami tiba di Perizinan agak sore, mungkin jam 4 – 5 sore. Setelah melaksanakan
sholat maghrib dan beberapa dari kami juga telah makan, kami pun siap memulai
pendakian melelahkan ini tepat setelah maghrib sekitar jam 6 malam. Berdoa dan
toast, ritual seperti biasa yg dilakukan untuk keselamatan dan semangat
tentunya, start pendakian melewati jalan yg asing bagiku, namun aku bersikeras
sebagai leader. Tdk lama melewati jalan
yang masih asing itu akhirnya kami tiba di pertigaan dimana mengarahkan kami
menuju jalan yg sudah tdk asing lagi, jalan menuju Pet Bocor. Sampai di
Pet Bocor beristirahat untuk menenangkan otot dan tenaga para Junior, oiya pada
pendakian kali ini kami membawa tanggung jawab besar dengan membawa belasan
Junior dan tanpa satu pun alumni. Setelah 5 menit dirasa cukup kami pun
melanjutkan perjalanan menuju Kokopan (shelter 1). Dalam perjalanan ini aku
bersama para Junior sedangkan semua
senior berada cukup jauh di belakang, dengan 6 Junior di belakangku dan 5 Junior
yg jauh di depanku membuat aku cukup bingung untuk menentukan keputusan kali
ini antara menunggu kelompok Junior yg lelah dan cukup lamban di belakang atau
mengejar kelompok Junior di depan yg mengumbar ke"egois"an mereka, diantara kebingungan dan kekhawatiran akhirnya aku berhasil membuat keputusan yg
cukup tepat yaitu menemani kelompok Junior yg ada di belakangku mengingat mereka
cukup kelelahan dan mayoritas perempuan namun juga sambil menjaga jarak dengan
kelompok EGOIS AMATIRAN di depan dengan cara terus berkomunikasi dengan
berteriak2.
Oke sampai di Kokopan sekitar jam
10 – 11 malam, menunggu sejenak kelompok belakang yg membawa tenda sambil
survey tempat camp dan menyempatkan diri untuk bercengkerama dengan seorang
pendaki asal sidoarjo di dalam pelukan dan mesranya nyanyian alam saat itu. Setelah
kelompok yg membawa tenda tiba, kami langsung membangun tenda yg tentu saja
membangun tenda perempuan terlebih dahulu. Setelah semua tenda berdiri, kami
masak2 sebentar sebelum akhirnya menutup mata di dalam pelukan mesra sang alam
raya ini.
Esok pagi di Kokopan tgl 25
Desember 2011 pukul 07.00 WiB, aktivitas masak-memasak seperti biasa kami
lakukan untuk sarapan. Setelah masakan matang dan sarapan kami pun mandi untuk
membersihkan badan yg mulai bau ini. Ngobrol2 sebentar di cuaca yg cerah membuat kami
terlena sampai seorang dari kami mengingatkan bahwa sudah jam 09.00 WiB dan
harus segera packing. Tenda di robohkan, packing ulang dan semua selesai begitu
singkat, kali ini yg membawa beban cukup berat kami serahkan kepada para Junior
untuk sekedar latihan. Perjalanan dilanjutkan menuju Pondokan (shelter 2),
ditemani hujan yg cukup deras kami dihadapkan kepada sebuah tenjakan curam
sekitar 75°
, membuatku mengeluh dan sesaat mental ini down namun kembali naik karena
kebanggaan terhadap Junior yg dengan semangat mendaki menginjak setiap jengkal
batu di tanjakan curam ini. Tanjakan curam sudah teratasi dan kami berhasil menaklukkan
nya, ada perasaan sedikit bahagia yg membuat mental ini kembali normal. Menunggu
junior beristirahat sebentar sekitar 2menit akhirnya kami melanjutkan
perjalanan dengan nafsu yg diisi dgn gambar2 Pondokan. Sampai di sebuah jalan
datar yg dipinggirnya ada tanah luas kami beristirahat dengan maksud menunggu
kelompok pendaki yg ada di belakang. Menunggu yg cukup lama membuat kami
menggila dgn suhu dan cuaca yg demikian dingin, otak serasa beku, belum lagi
memikirkan betapa manja’nya Junior saat itu. Sekitar 1 jam kami menunggu
akhirnya kelompok belakang sampai dan kami pun lanjut menuju Pondokan.
Oke singkat saja, akhirnya kami
kelompok depan sampai di Pondokan terlebih dahulu pada pukul 3 – 4 sore dengan
kondisi sangat kelelahan, kedinginan, dan cuaca hujan lebat (sangat tdk
bersahabat). Karena kedinginan kami pun mencari tempat berteduh atau lebih
tepatnya surau kecil yg dibangun oleh para penambang. Semua orang masuk ke
dalam surau tersebut kecuali 2 orang yg memang bertugas untuk menjaga barang
bawaan kami yg tergeletak begitu saja. Setelah mengantar para Junior ke dalam
surau, aku pun ikut duduk di dalam surau tersebut yg memang sedikit hangat. Namun
jeritan2, desahan2, dan sekali lagi percakapan manja membuat tdk betah tinggal
berlama2 di situ. Akhirnya aku pun keluar dari surau tersebut untuk menemani 2
orang teman yg sedari tadi berhujan-hujanan di luar. Tdk begitu lama kelompok
belakang akhirnya tiba di Pondokan, cuaca yg hujan ditambah dengan ke”murka”an
kami terhadap para Junior yg manja membuat kami malas melakukan apapun, namun
dalam kondisi inilah tanggung jawab dipertanyakan. Mental down, tubuh lelah,
cuaca dingin, kondisi hujan membuat kami memutuskan untuk malam ini kami
menginap di dalam surau tersebut. Bagaimanapun cara’nya kami mengkondisikan
ruangan 3 x 5 meter tersebut dapat menampung 22 orang berukuran sedang yg
membuat posisi tidur kami menjadi tumpang tindih. Malam ini, jam ini, di sebuah
surau keputusan bahwa besok summit attack dibatalkan akhirnya memupuskan
harapan puncak welirang yg menjadi tujuan kami dari awal, namun sayup2
keinginan untuk menginjak puncak masih terdengar . Sekitar jam 1 dini hari aku terbangun dari
tidur dan mendengar sayup2 suara badai angin dari Lembah Kidang membuat memori
pendakian tahun lalu muncul di benakku dan membuat mental ini semakin down, aku
tertidur lagi di dalam kekalutan hati ini.
Pagi tgl 26 Desember 2011 pukul 03.00
Wib, aku terbangun dan mendapati cuaca sangat baik lalu kemudian entah kenapa
ada sesuatu di dalam hati ini yg bergejolak, kenginan menginjak puncak kembali
bangkit, bergejolak bagaikan pahlawan melawan penjajah, bagaikan malaikat yg mencabut nyawa manusia, bagaikan
setan yg menggoda manusia, dan bagaikan samurai yg siap menebas kepalamu. Setelah
membangunkan beberapa teman dan akhirnya summit attack sepakat dilakukan pagi
ini, dalam dingin ini, dan dengan semangat hati dan jiwa ini. Senior siap,
junior siap, kami pun mengambil air untuk perbekalan menuju puncak. Oh ya,
tentu kami tdk muncak semua tapi ada yg bertugas untuk packing ulang barang
kami dan membawa ke tempat camp dari surau kecil penyelamat kami malam itu.
Welirang Summit Attack 26 Desember
2011 pukul 05.00 WiB siap dilaksanakan. Cuaca mendukung, fisik siap, mental
kuat, semangat “on”, apalagi yg ditunggu ?, akhirnya perjalanan puncak ini
dilakukan dengan penuh kebahagiaan.
Puncak Welirang 26 Desember 2011 pukul
09.05 WiB, foto2, bersujud syukur, toast, mengucapkan selamat, memeluk puncak,
mencium kening Sang Ratu Welirang, kemudian turun dan makan di base camp dan
siap2 pulang ke Gresik untuk sebelumnya menginap di pos Perizinan selama 1
malam.
JANGAN
PAKSA AKU UNTUK MENULIS PESAN DARI PENDAKIAN INI
BELAJARLAH
UNTUK MENEMUKANNYA SENDIRI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar