Selamat datang di hidupku >> Lihat, baca, dan pahami ...

Selasa, 31 Januari 2012

Surat Pejuang GAZA Untuk Indonesia

 Sesuatu yang saya posting di blog yg sederhana ini adalah berita lama, yaitu surat seorang pejuang Hamaz untuk Indonesia.
  Hamaz adalah Organisasi para pejuang Islam di Palestina yg berjuang untuk pembebasan Palestina di Perang Dunia III, perang Palestina vs Israel, Islam vs Yahudi, atau Malaikat vs Setan

بسم الله الرحمن الرحيم
  

 Untuk saudaraku di Indonesia

  Mengapa saya memilih mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia ? Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki adalah karena negeri kalian berpenduduk muslim terbanyak di atas bumi ini, bukan demikian saudaraku?

  Saat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis dakwah dari jama’ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama’ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.

  Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jama’ah haji asal Gaza sejak tahun 1987 sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama’ah haji dari negara kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian. Wah pasti uang kalian sangat banyak, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya, Subhanallah.

  Wahai saudaraku di Indonesia,
  Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa kami tidak dilahirkan di negeri kalian saja. Pasti sangat indah dan mengagumkan. Negeri kalian aman, kaya, dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negeri kalian.

  Pasti ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.

  Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku, tidak seperti di negeri kami ini. Tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah. Sehingga istri kami terpaksa melahirkan di atas mobil, saudaraku.!

  Susu formula bayi adalah barang langka di Gaza sejak kami diblokade 2 tahun yang lalu, namun istri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga 2 tahun lamanya, walau terkadang untuk memperlancar Asi mereka, istri kami rela minum air rendaman gandum.

  Namun, mengapa di negeri kalian katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya. Terkadang ditemukan mati di parit-parit, selokan, dan tempat sampah. Itu yang kami dapat dari informasi di televisi.

  Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negeri kalian adalah negeri yang tertinggi kasus aborsinya untuk wilayah Asia. Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian? Apakah karena di negeri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina seperti itu? Sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa

  Memang hampir setiap hari di Gaza sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati. Namun, bukanlah di selokan-selokan atau got-got apalagi di tempat sampah. Mereka mati syahid saudaraku! Mati syahid karena serangan roket Israel!

  Kami temukan mereka tak bernyawa lagi di pangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan Zionis Israel. Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah aset perjuangan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan negeri ini.

  Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 Desember 2009 kemarin, saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 di antaranya adalah anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru di jalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allahu Akbar!

  Wahai saudaraku di Indonesia,
  Negeri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, namun kenapa di negeri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar. Apa karena sulit mencari rizki disana? Apa negeri kalian diblokade juga?

  Perlu kalian ketahui saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi, apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade. Sungguh kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai tata usaha di kantor pemerintahan HAMAS sudah 7 bulan ini belum menerima gaji bulanan saya. Tetapi Allah SWT yang akan mencukupkan rizki untuk kami.

  Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Ya, mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel. Mereka mengucapkan akad nikah diantara bunyi letupan bom dan peluru, saudaraku.

  Dan Perdana Menteri kami, Ustad Isma’il Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.

  Wahai saudaraku di Indonesia,
  Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqah pembinaan di negeri antum (anda). Seperti yang diceritakan teman saya, program pengajian kalian pasti bagus, banyak kitab mungkin yang kalian yang telah baca. Dan banyak buku-buku pasti sudah kalian baca. Kalian pun bersemangat kan? Itu karena kalian punya waktu.

  Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini. Satu jam, ya satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqah. Setelah itu kami harus terjun ke lapangan jihad, sesuai dengan tugas yang diberikan kepada kami.

  Kami disini sangat menanti-nantikan saat halaqah tersebut walau hanya satu jam. Tentu kalian lebih bersyukur. Kalian punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqah, seperti ta’aruf, tafahum, dan takaful disana.

  Hafalan antum pasti lebih banyak daripada kami. Semua pegawai dan pejuang HAMAS disini wajib menghapal Surah Al-Anfal sebagai nyanyian perang kami, saya menghafal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana dengan kalian?

  Akhir Desember kemarin, saya menghadiri acara wisuda penamatan hafalan 30 Juz anakku yang pertama. Ia merupakan diantara 1000 anak yang tahun ini menghafal Al-Qur’an dan umurnya baru 10 tahun.

  Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal Al-Qur’an ketimbang anak-anak kami disini. Di Gaza tidak ada SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) seperti di tempat kalian yang menyebar seperti jamur di musim hujan. Disini anak-anak belajar diantara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun kurma.

  Ya, di tempat itu mereka belajar, saudaraku. Bunyi suara setoran hafalan Al-Qur’an mereka bergemuruh diantara bunyi-bunyi senapan tentara Israel. Ayat-ayat jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung mereka rasakan.

  Oh iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia. Kami menyaksikan aksi demo-demo kalian disini. Subhanallah, kami sangat terhibur. Karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini.

  Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami disini, termasuk kalian yang di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan, saudaraku.

  Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhuwah kalian kepada kami. Doa-doa dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.

  Oh iya, hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telpon dan fax yang masuk. Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi. Salam untuk semua pejuang-pejuang Islam, ulama-ulama dan calon mujahidin mujahidin kalian.

Abdullah Al Ghaza

  Seluruh isi surat ini telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab, yang dikirim oleh seseorang bernama Abdullah Al Ghaza yang Mengaku dari Gaza City-Jalur Gaza melalui surat elektronik (Email) dan artikel diterbitkan oleh Buletin Islami.

Minggu, 22 Januari 2012

Photography part 2

Setelah sebelumnya saya memposting foto2 di pulau bawean dgn menggunakan kamera SLR.
Nah, sekarang saya akan memposting beberapa foto menggunakan HP.

Enjoy !!!


e63

e63

e63

e63





e63

 BB bold


SUPPORTED BY:



Rabu, 04 Januari 2012

Welirang Expedition

Hari sabtu tgl 24 Desember, tanggal dan bulan yg penuh badai di atas gunung namun kami Organisasi Pecinta Alam MAJAPALA tetap nekat melakukan pendakian welirang. Berbekal pengalaman buruk tahun lalu saat pendakian arjuno tidak cukup membuat mental para remaja ini runtuh begitu saja. Baiklah kembali ke topik semula, persiapan di sekretariat MAJAPALA sudah dilakukan, packing beres, sedikit kendala masa lalu tentang kekurangan carrier dan daypack juga sudah teratasi, sambil menunggu len yg akan membawa kami menuju terminal Osowilangun aku dan seorang teman menyempatkan diri untuk makan siang di sebuah tempat di pinggir jalan depan sekolah.

Setelah cukup kenyang aku kembali ke sekret yg mana teman2 yg lain sudah siap2 berangkat, aku pun mengambil carrier yg akan ku bawa, beban kali ini hanya seperti kapas apabila dibandingkan dengan beban teman2 yg seperti kulkas, ya begitulah kami mengistilahkan beban yg dibawa para “porter” terkuat kami, bagaimana tidak? Carrier yg menjulang seperti menara dan beban sedikitnya 1 buah tenda dgn berat bersih 5kg belum lagi ditambah beban logistik dan pakaian. Oke, setelah semua carrier diangkut ke len kami mendapat pengarahan singkat dari bapak kepala sekolah dgn beberapa pesan2 yg mungkin hal formal dan biasa. Setelah pengarahan dan foto bersama kami naik len dan siap2 berangkat menuju terminal Osowilangun. Sampai terminal kami langsung naik ke salah satu bis yg akan membawa kami ke terminal Pandaan, menunggu terlalu lama dengan suhu yg sangat panas membuat kami “mengumpat" supir yg masih ngobrol dgn enaknya di luar bis, dan untuk kali ini kami juga “mengumpat" suatu benda yg biasa disebut Matahari. Akhirnya setelah sekian lama bis berangkat menuju terminal Pandaan dan di dalam perjalanan seperti biasa diisi dengan suara canda tawa khas kami para pendaki. Sampai di terminal Pandaan cukup lama tawar menawar dgn para supir colt untuk membawa kami ke pos perizinan. Oke colt sudah mencapai kesepakatan harga kami pun naik dan siap menuju pos Perizinan. Nah, disini ada yg sedikit mengganjal hati ku dan seorang teman, ketika itu seorang temanku mengatakan kepada ku agar melihat sopir colt yg kami tumpangi dan disana, di kursi depan di tempat sopir ku temui seorang lelaki yg sedang menyetir colt dengan serius dan memakai “helm” warna PINK. Malas berlama2 di angkot akhirnya kami tiba di Perizinan agak sore, mungkin jam 4 – 5 sore. Setelah melaksanakan sholat maghrib dan beberapa dari kami juga telah makan, kami pun siap memulai pendakian melelahkan ini tepat setelah maghrib sekitar jam 6 malam. Berdoa dan toast, ritual seperti biasa yg dilakukan untuk keselamatan dan semangat tentunya, start pendakian melewati jalan yg asing bagiku, namun aku bersikeras sebagai leader. Tdk lama melewati  jalan yang masih asing itu akhirnya kami tiba di pertigaan dimana mengarahkan kami menuju jalan yg sudah tdk asing lagi, jalan menuju Pet Bocor. Sampai di Pet Bocor beristirahat untuk menenangkan otot dan tenaga para Junior, oiya pada pendakian kali ini kami membawa tanggung jawab besar dengan membawa belasan Junior dan tanpa satu pun alumni. Setelah 5 menit dirasa cukup kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kokopan (shelter 1). Dalam perjalanan ini aku bersama para Junior  sedangkan semua senior berada cukup jauh di belakang, dengan 6 Junior di belakangku dan 5 Junior yg jauh di depanku membuat aku cukup bingung untuk menentukan keputusan kali ini antara menunggu kelompok Junior yg lelah dan cukup lamban di belakang atau mengejar kelompok Junior di depan yg mengumbar ke"egois"an mereka, diantara kebingungan dan kekhawatiran akhirnya aku berhasil membuat keputusan yg cukup tepat yaitu menemani kelompok Junior yg ada di belakangku mengingat mereka cukup kelelahan dan mayoritas perempuan namun juga sambil menjaga jarak dengan kelompok EGOIS AMATIRAN di depan dengan cara terus berkomunikasi dengan berteriak2.



Oke sampai di Kokopan sekitar jam 10 – 11 malam, menunggu sejenak kelompok belakang yg membawa tenda sambil survey tempat camp dan menyempatkan diri untuk bercengkerama dengan seorang pendaki asal sidoarjo di dalam pelukan dan mesranya nyanyian alam saat itu. Setelah kelompok yg membawa tenda tiba, kami langsung membangun tenda yg tentu saja membangun tenda perempuan terlebih dahulu. Setelah semua tenda berdiri, kami masak2 sebentar sebelum akhirnya menutup mata di dalam pelukan mesra sang alam raya ini.




Esok pagi di Kokopan tgl 25 Desember 2011 pukul 07.00 WiB, aktivitas masak-memasak seperti biasa kami lakukan untuk sarapan. Setelah masakan matang dan sarapan kami pun mandi untuk membersihkan badan yg mulai bau ini. Ngobrol2  sebentar di cuaca yg cerah membuat kami terlena sampai seorang dari kami mengingatkan bahwa sudah jam 09.00 WiB dan harus segera packing. Tenda di robohkan, packing ulang dan semua selesai begitu singkat, kali ini yg membawa beban cukup berat kami serahkan kepada para Junior untuk sekedar latihan. Perjalanan dilanjutkan menuju Pondokan (shelter 2), ditemani hujan yg cukup deras kami dihadapkan kepada sebuah tenjakan curam sekitar 75° , membuatku mengeluh dan sesaat mental ini down namun kembali naik karena kebanggaan terhadap Junior yg dengan semangat mendaki menginjak setiap jengkal batu di tanjakan curam ini. Tanjakan curam sudah teratasi dan kami berhasil menaklukkan nya, ada perasaan sedikit bahagia yg membuat mental ini kembali normal. Menunggu junior beristirahat sebentar sekitar 2menit akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan nafsu yg diisi dgn gambar2 Pondokan. Sampai di sebuah jalan datar yg dipinggirnya ada tanah luas kami beristirahat dengan maksud menunggu kelompok pendaki yg ada di belakang. Menunggu yg cukup lama membuat kami menggila dgn suhu dan cuaca yg demikian dingin, otak serasa beku, belum lagi memikirkan betapa manja’nya Junior saat itu. Sekitar 1 jam kami menunggu akhirnya kelompok belakang sampai dan kami pun lanjut menuju Pondokan.





Oke singkat saja, akhirnya kami kelompok depan sampai di Pondokan terlebih dahulu pada pukul 3 – 4 sore dengan kondisi sangat kelelahan, kedinginan, dan cuaca hujan lebat (sangat tdk bersahabat). Karena kedinginan kami pun mencari tempat berteduh atau lebih tepatnya surau kecil yg dibangun oleh para penambang. Semua orang masuk ke dalam surau tersebut kecuali 2 orang yg memang bertugas untuk menjaga barang bawaan kami yg tergeletak begitu saja. Setelah mengantar para Junior ke dalam surau, aku pun ikut duduk di dalam surau tersebut yg memang sedikit hangat. Namun jeritan2, desahan2, dan sekali lagi percakapan manja membuat tdk betah tinggal berlama2 di situ. Akhirnya aku pun keluar dari surau tersebut untuk menemani 2 orang teman yg sedari tadi berhujan-hujanan di luar. Tdk begitu lama kelompok belakang akhirnya tiba di Pondokan, cuaca yg hujan ditambah dengan ke”murka”an kami terhadap para Junior yg manja membuat kami malas melakukan apapun, namun dalam kondisi inilah tanggung jawab dipertanyakan. Mental down, tubuh lelah, cuaca dingin, kondisi hujan membuat kami memutuskan untuk malam ini kami menginap di dalam surau tersebut. Bagaimanapun cara’nya kami mengkondisikan ruangan 3 x 5 meter tersebut dapat menampung 22 orang berukuran sedang yg membuat posisi tidur kami menjadi tumpang tindih. Malam ini, jam ini, di sebuah surau keputusan bahwa besok summit attack dibatalkan akhirnya memupuskan harapan puncak welirang yg menjadi tujuan kami dari awal, namun sayup2 keinginan untuk menginjak puncak masih terdengar .  Sekitar jam 1 dini hari aku terbangun dari tidur dan mendengar sayup2 suara badai angin dari Lembah Kidang membuat memori pendakian tahun lalu muncul di benakku dan membuat mental ini semakin down, aku tertidur lagi di dalam kekalutan hati ini.
Pagi tgl 26 Desember 2011 pukul 03.00 Wib, aku terbangun dan mendapati cuaca sangat baik lalu kemudian entah kenapa ada sesuatu di dalam hati ini yg bergejolak, kenginan menginjak puncak kembali bangkit, bergejolak bagaikan pahlawan melawan penjajah, bagaikan  malaikat yg mencabut nyawa manusia, bagaikan setan yg menggoda manusia, dan bagaikan samurai yg siap menebas kepalamu. Setelah membangunkan beberapa teman dan akhirnya summit attack sepakat dilakukan pagi ini, dalam dingin ini, dan dengan semangat hati dan jiwa ini. Senior siap, junior siap, kami pun mengambil air untuk perbekalan menuju puncak. Oh ya, tentu kami tdk muncak semua tapi ada yg bertugas untuk packing ulang barang kami dan membawa ke tempat camp dari surau kecil penyelamat kami malam itu.
Welirang Summit Attack 26 Desember 2011 pukul 05.00 WiB siap dilaksanakan. Cuaca mendukung, fisik siap, mental kuat, semangat “on”, apalagi yg ditunggu ?, akhirnya perjalanan puncak ini dilakukan dengan penuh kebahagiaan.
Puncak Welirang 26 Desember 2011 pukul 09.05 WiB, foto2, bersujud syukur, toast, mengucapkan selamat, memeluk puncak, mencium kening Sang Ratu Welirang, kemudian turun dan makan di base camp dan siap2 pulang ke Gresik untuk sebelumnya menginap di pos Perizinan selama 1 malam.




JANGAN PAKSA AKU UNTUK MENULIS PESAN DARI PENDAKIAN INI
BELAJARLAH UNTUK MENEMUKANNYA SENDIRI